300x250 AD TOP

Sample Text

Text Widget

Diberdayakan oleh Blogger.

Jumat, 21 November 2014

Tagged under: , ,

FFI 2014: Bangga Film Indonesia

Festival Film Indonesia (FFI) 2014 hadir dengan tema “Bangga Film Indonesia”. Tema tersebut dipilih karena dinilai mampu mewakili semangat perubahan menuju iklim perfilman nasional yang lebih baik.
“Buat saya, penting untuk terus mendukung FFI karena festival film adalah sebuah tempat berkumpul dan hajat (khususnya) orang-orang film, di mana berbagai generasi berbaur dalam satu wadah yang sama. Dari senior hingga junior.” ujar Ikon FFI 2014 Reza Rahardian dalam jumpa pers di kawasan Kuningan, Jakarta, Jumat 17 Oktober 2014.
Pengurus FFI 2014

Ia menambahkan. “Saya letih mendengar istilah ‘kubu-kubuan’ yang terus ada selama ini; ada yang berkoalisi dan beroposisi. Bagaimana mungkin kita bisa menjadi satu kalau seandainya festival film selalu dikotak-kotakkan berdasarkan siapa penyelenggaranya, siapa dewan jurinya, dan lain sebagainya.”
Ikon FFI 2014 lain, Christine Hakim, menimpali: “Mudah-mudahan di masa pemerintahan yang akan datang, hanya ada satu festival film yang diselenggarakan oleh pemerintah. Karena di samping pemborosan, nantinya orang-orang akan bingung dengan dua penyelenggaraan festival film dari pemerintah. Padahal keduanya bisa dianggap memiliki kesamaan visi dan tujuan.”
Dalam kesempatan ini, Ketua Pelaksana FFI 2014 Kemala Atmojo, memberi ulasan terperinci mengenai peran Badan Perfilman Indonesia (BPI) sebagai penyelenggara FFI 2014.
BPI ialah satu-satunya organisasi di bidang perfilman. Hal ini dikukuhkan oleh Keppres. Selain itu, di dalam undang-undang perfilman pasal 33 juga disebutkan hanya ada BPI.” jelasnya. “Di sana tercantum dengan jelas bahwa salah satu tugas BPI adalah menyelenggarakan festival film. Dengan demikian, sekalipun kita melihat festival ini dari kacamata marketing, saya rasa tidak tepat seandainya ada anggapan bahwa FFI merupakan ‘proyek BPI’. Lantaran tugas BPI adalah penyelenggara, bukan Event Organizer. Maka menyebutnya ‘proyek’ adalah kekeliruan.” 

Mekanisme Penjurian dan Keterlibatan Akuntan Publik
Mengenai sistem penjurian, FFI 2014 mengadopsi sistem penjurian yang dilakukan oleh Academy Award (Oscar). Untuk menilai film-film yang sudah terdaftar, panitia FFI 2014 telah bersepakat dengan tim juri agar menonton bersama-sama di bioskop. Singkat cerita, sistem penjurian FFI tahun ini sangat berbeda dengan sistem tahun lalu, terutama pada sistem penjurian film layar lebar atau bioskop.
Sistem penjurian film bioskop kali ini terbagi dalam dua tahap. Tahap pertama, akan dibentuk 14 kelompok yang masing-masing beranggotakan lima orang juri. Mereka akan menilai sesuai bidang keahlian masing-masing. Misalnya, kelompok juri skenario, kelompok juri aktor, kelompok juri editing, dan seterusnya.
“Artinya, tidak semua juri langsung menilai seluruh kategori yang ada. Seperti biasa, tim juri terdiri dari anggota-anggota yang memiliki latar belakang. Kriteria pemilihan dewan juri juga didasarkan pada insan perfilman yang pernah mendapat piala citra, atau berprestasi yang luar biasa di dunia perfilman.” imbuh Reza.
Pada tahap pertama ini, juri diminta menuliskan nama sesuai dengan urutan prioritas pilihannya dari angka satu (tertinggi) hingga angka lima (terendah). Nama yang ditulis dalam urutan angka satu adalah mereka yang dianggap terbaik menurut masing-masing dewan juri. Demikian seterusnya secara berturut-turut. Hasil penilaian masing-masing dewan juri pada tahap ini akan direkapitulasi oleh lembaga akuntan publik Deloitte, untuk menghasilkan lima nomine dalam tiap kategori.
Pada tahap selanjutnya, seluruh juri tahap pertama ditambah juri nonfilm berhak menilai seluruh kategori yang dikompetisikan. Namun mereka hanya memilih nama yang sudah masuk nominasi hasil olahan juri tahap pertama. Pada tahap kedua ini, seluruh juri diminta untuk menuliskan satu nama dalam tiap kategori yang sudah dinominasikan.
Apabila dalam rekapitulasi terdapat dua nama yang memiliki jumlah sama besar dalam satu kategori, maka juri tahap pertama akan diminta melakukan penilaian ulang terhadap kedua nama yang mendapat nilai sama tersebut, untuk menentukan pemenang akhirnya.
Lalu, mengenai keterlibatan akuntan publik, Kemala mengungkapkan bahwa hal ini juga dilakukan oleh Oscar demi menjaga kredibilitas.
Tak lupa, Reza dan Kemala menekankan bahwa sistem ini sangat adil dan aplikatif untuk diterapkan di FFI. Mereka juga berharap FFI tahun ini dapat menyatukan seluruh insan perfilman yang kukuh dan solid, tanpa ‘kubu-kubuan’ lagi.

Malam Puncak
Malam puncak akan diselenggarakan di Palembang, Sumatera Selatan, awal Desember nanti. Panitia FFI 2014 memilih Kota Pempek ini sebagai tuan rumah malam puncak karena pemerintah setempat memberikan dukungan penuh. Adapun jajaran pemerintah, DPRD, beserta segenap tokoh masyarakat Sumatera Selatan berjanji akan mendukung penyelenggaraan FFI 2014 dengan mengadakan serangkaian acara menarik.
“Pemprov Palembang membantu seluruh rangkaian acara yang berlangsung di Palembang. Dari diskusi, pesta rakyat, sampai menonton bersama, merupakan dukungan konkret dari pemerintah setempat.” ujar Kemala.
Selain itu, rangkaian kegiatan lain yang meliputi diskusi, temu wicara, bakti sosial, kuis, dan jumpa aktor/aktris, diharapkan dapat menambah kemeriahan FFI 2014. “Apalagi Palembang sekarang ini sudah jauh berkembang. Sarana dan prasarananya cukup memadai.” ungkap Ketua Bidang Acara FFI 2014 Dewi Gontha. “Maka kami semakin mantap memilih Palembang sebagai tuan rumah penyelenggaraan Malam Puncak FFI tahun ini.”
FFI 2014 dilaksanakan oleh Direktorat Pengembangan Industri Perfilman, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), serta bekerjasama dengan BPI.
Sumber : http://filmindonesia.or.id/article/ffi-2014-bangga-film-indonesia#.VG9TO2eSySo
Pandji Putranda
Penulis paruh waktu, pianis Paroeh Waktoe.

0 komentar:

Posting Komentar