300x250 AD TOP

Sample Text

Text Widget

Diberdayakan oleh Blogger.

Jumat, 21 November 2014

Tagged under: , ,

BIOSKOP DARI MASA KE MASA




Bioskop (Belanda: bioscoop dari bahasa Yunani βιος, bios (yang artinya hidup) dan σκοπος (yang artinya “melihat”) adalah tempat untuk menonton pertunjukan film dengan menggunakan layar lebar. Gambar film diproyeksikan ke layar menggunakan proyektor.
Tahun 1900Munculnya bioskop pertama di Indonesia tidak terpaut jauh dengan bioskop permanen di Vitascope Hall, Buffalo, New York. Kalau di Amrik bioskop permanen pertama lahir pada Oktober 1896, di Indonesia pada tahun 5 Desember 1900 film mulai masuk ke Hindia Belanda. Bukan gedung bioskop, tetapi di rumah seorang Belanda di Kebon Jahe. Penyelenggara pertunjukan De Nederlandsch Bioscope Maatschappij. Harga tiket kelas 1 =2 gulden, kelas 2 = 1 gulden dan kelas 3 = 50 sen. Tempat ini mengubah nama menjadi The Roijal Bioscope pada tanggal 28 maret 1903.
Tahun 1901Pertunjukan “gambar idoep” alias film mulai diperlihatkan kepada khalayak lebih luas, antara lain di Deca Park (Gambir), Lapangan Tanah Abang, Lapangan Mangga Besar, Lapangan Stasiun Kota. Semua di Batavia. Konsep “bioskop” sangat sederhana, hanya ditutupi dinding bilik tanpa atap. Mungkin seperti layar tancep sekarang.
Tahun 1903
Beberapa gedung bioskop permanen berdiri di Batavia. Hadirlah bioskop bernama Elite, Deca Park, Capitol, Rialto (satu di kawasan Senen dan satu lagi di Tanah Abang). Rata-rata bangunan di berbagai kota di Indonesia pada masa itu dilandaskan pada konsep art noveau (seni baru) yang juga kerap disebut seni dekoratif atau art deco. Inilah aliran seni yang berkembang pada tahun 1890-1905 di Eropa yang melingkupi berbagai bentuk seni murni dan seni terapan termasuk karya arsitektur untuk bioskop.
Tahun 1926
Tanggal 31 Desember 1926 hingga 6 Januari 1927, Loetoeng Kasaroeng,film lokal pertama diputar di berbagai bioskop di Bandung, antara lain di Elita dan Oriental Bioscoop. Film yang diproduksi NV Java Film Company itu juga diputar di Bioskop Majestic, di kawasan elit Jalan Braga,Bandung. Bentuk bangunan Majestic digarap arsitek ternama Ir. Wolff Schoemaker. Majestic selesai dibangun pada tahun 1925.
Tahun 1934Tanggal 13 September dibentuk Persatuan Bioskop Hindia Belanda (Nederlandsch Indiesche Bioscoopbond) di Jakarta.
Tahun 1936
Menurut Ketua Badan Pertimbangan Perfilman Nasional (BP2N) HM Johan Tjasmadi – ia baru meluncurkan buku 100 Tahun Bioskop di Indonesia terdapat 225 bioskop yang ada di Hindia Belanda. Bioskop tersebut antara lain hadir di Bandung (9 bioskop), Jakarta (13 bioskop), Surabaya (14 bioskop) dan Yogyakarta (6 bioskop).
Tahun 1942-1945
Sebelum Jepang masuk ada sekitar 300 gedung bioskop di Indonesia. Jumlah itu berkurang tinggal 52 gedung yang tersebar di Jakarta, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Malang. Yang pertama tersingkir adalah bioskop menengah-bawah. Banyak gedung bioskop alih fungsi menjadi gudang penyimpanan bahan pokok. Film pada masa itu dianggap tidak menarik karena berisi propaganda Jepang. Harga tiketnya pun terbilang mahal.
Tahun 1945
Pascakemerdekaan, muncul tiga lembaga perfilman: Perusahaan Produksi Film, Perusahaan Peredaran Film, dan Perfini (Perusahaan Film Nasional Indonesia).
Tahun 1951Bioskop Metropole resmi beroperasi. Pemutaran film Annie Get Your Gun
menandai mulai beroperasinya Metropole di kawasan Menteng, Jakarta. Rahmi Rachim Hatta – istri Wakil Presiden Mohammad Hatta, Haji Agus Salim dan Sultan Hamengkubuwono IX meresmikan bioskop berkapasitas 1.500 tempat duduk. Bioskop bergaya art deco itu dirancang oleh Liauw Goan Seng. Dalam perjalanannya Metropole bolak-balik ganti nama. Warga Jakarta sempat mengenalnya dengan sebutan bioskop Megaria.
Tahun 1955
Festival Film Indonesia (FFI) pertama, 30 Maret – 5 April 1955. Lewat Djam Malam, dengan sutradara Usmar Ismail tampil sebagai film terbaik. FFI berlangsung di Metropole dan Cathay. Di bioskop itu pula pada 10 April 1955 lahir PPBSI (Persatuan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia).
Tahun 1960 
Gara-gara politik sempat terjadi pemboikotan film-film Amerika. Beberapa gedung bioskop sempat dibakar. Film dari Rusia, India, Melayu, Filipina mulai banyak beredar. Jika pada tahun 1960 jumlah bioskop di Indonesia sudah mencapai 890, pada tahun menjelang peristiwa G30S/Pki tinggal 350 saja.
Pada awal Orde Baru 1966 film Amerika kembali bisa ditonton masyarakat umum.
Tahun 1970
PPBSI dan beberapa organisasi sejenis sepakat melebur menjadi GPBSI (Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia) pada Desember 1970. Di sisi lain akibat dibukanya kesempatan untuk mengimpor film jumlah bioskop pada tahun 1969-1970 di Indonesia tercatat 653 bioskop. Jumlah itu meningkat pada tahun 1973 menjadi 1.081.
Tahun 1987Mulai diperkenalkan bioskop sinepleks yang dikenal sebagai “21” yang dikelola oleh perusahaan Subentra milik pengusaha Sudwikatmono. Kartika Chandra Theater di Jalan Jenderal Gatot Subroto adalah salah satu yang pertama memperkenalkan konsep satu gedung empat ruang bioskop. Penjaga loket dan pintu bioskop terdiri dari cewek-cewek cantik dengan baju batik dan rok panjang.
jumlah sinepleks makin banyak hingga ke kota lain. Sinepleks dibangun di pusat perbelanjaan, kompleks pertokoan atau di dalam mal yang notabene menjadi tempat nongkrong anak muda.
nb: nama bioskop 21 diambil dari nomor kavling gedungnya yaitu 21.
Tahun 1990an
Konsep sinepleks membuat jumlah ruang pemutaran bioskop bertambah. Tahun ini ada 3.048 layar. Dengan fasilitas yang nyaman, orang lebih tertarik nonton di sinepleks. Bioskop non-21 mulai berguguran, kalah bersaing. Sementara film nasional yang biasanya melayani kalangan itu seperti tidak punya tempat. Jumlah produksi film nasional pun merosot. Di sisi lain, bioskop di Indonesia hampir seluruhnya dikuasai oleh jaringan sinepleks 21.
Di tahun 90an film2 hollywood mulai masuk ke indonesia gan dengan kualitas gambar, cerita, sound dan efek yg blm pernah ada di indonesia sehingga masyarakat lupa akan film2 indonesia dan perfilman indonesia mengalami masa suram. Di tahun ini juga masa suram untuk bioskop independen non 21 karena banyak yg gulung tikar dan berubah fungsi karena kalah saing dengan bioskop 21.
Tahun 2000an
Kelompok sinepleks 21 meluncurkan bioskop dengan konsep satu kelas di atas 21 biasa, XXI dan The Premiere. Tahun 2007 Blitzmegaplex hadir pertama kali di Paris Van Java, Bandung. Selanjutnya di Grand Indonesia Jakarta. Konsepnya sama, multilayar, namun dengan teknologi audio dan visual yang lebih canggih. Juga pelayanan yang lebih memudahkan serta menyatu dengan sarana lain di sekitar bioskop seperti restoran. Di awal tahun 2000an juga adalah kebangkitan per-filman indonesia dengan munculnya film “Ada Apa Dengan Cinta ” disusul dengan film horor lokal ” Jelangkung “.
Tahun 2011-sekarangTanggal 18 Februari. Berita bahwa film impor sejak 18 Februari tak akan beredar lagi di bioskop di Indonesia merebak. Media massa melansir berita: Ikatan Perusahaan Film Impor Indonesia (Ikapifi) tidak akan mengimpor film-film dari luar Indonesia. Begitu juga dengan Motion Picture Association of America (MPAA) menolak mendistribusikan film-film produksi Hollywood. Aksi itu dilakukan sebagai protes atas kebijakan Direktorat Jenderal Bea Cukai yang menerapkan bea masuk atas hak distribusi film impor. Bea masuk itu dianggap sebagai sesuatu yang tidak lazim dalam praktek bisnis film di seluruh dunia. Namun setelah sekitar tiga bulan bioskop hanya diisi film lokal dan film asing dan sepi peminat, ada harapan publik film Indonesia bisa kembali menonton film Hollywood. Pada 18 Mei Dirjen Bea Cukai Kementerian Keuangan Agung Kuswandono, di Kantor Kementerian Keuangan mengatakan, “Tunggakan salah satu importir besar yang sudah dibayarkan Rp 9 miliar, jadi mereka boleh impor film lagi, tapi harus sesuai dengan aturan yang ada.” Tinggal dua importir besar lagi yang belum melunasi tunggakan karena masih dalam proses banding.
sumber: http://sinematekindonesia.com/?p=1
Tagged under: , ,

FFI 2014: Bangga Film Indonesia

Festival Film Indonesia (FFI) 2014 hadir dengan tema “Bangga Film Indonesia”. Tema tersebut dipilih karena dinilai mampu mewakili semangat perubahan menuju iklim perfilman nasional yang lebih baik.
“Buat saya, penting untuk terus mendukung FFI karena festival film adalah sebuah tempat berkumpul dan hajat (khususnya) orang-orang film, di mana berbagai generasi berbaur dalam satu wadah yang sama. Dari senior hingga junior.” ujar Ikon FFI 2014 Reza Rahardian dalam jumpa pers di kawasan Kuningan, Jakarta, Jumat 17 Oktober 2014.
Pengurus FFI 2014

Ia menambahkan. “Saya letih mendengar istilah ‘kubu-kubuan’ yang terus ada selama ini; ada yang berkoalisi dan beroposisi. Bagaimana mungkin kita bisa menjadi satu kalau seandainya festival film selalu dikotak-kotakkan berdasarkan siapa penyelenggaranya, siapa dewan jurinya, dan lain sebagainya.”
Ikon FFI 2014 lain, Christine Hakim, menimpali: “Mudah-mudahan di masa pemerintahan yang akan datang, hanya ada satu festival film yang diselenggarakan oleh pemerintah. Karena di samping pemborosan, nantinya orang-orang akan bingung dengan dua penyelenggaraan festival film dari pemerintah. Padahal keduanya bisa dianggap memiliki kesamaan visi dan tujuan.”
Dalam kesempatan ini, Ketua Pelaksana FFI 2014 Kemala Atmojo, memberi ulasan terperinci mengenai peran Badan Perfilman Indonesia (BPI) sebagai penyelenggara FFI 2014.
BPI ialah satu-satunya organisasi di bidang perfilman. Hal ini dikukuhkan oleh Keppres. Selain itu, di dalam undang-undang perfilman pasal 33 juga disebutkan hanya ada BPI.” jelasnya. “Di sana tercantum dengan jelas bahwa salah satu tugas BPI adalah menyelenggarakan festival film. Dengan demikian, sekalipun kita melihat festival ini dari kacamata marketing, saya rasa tidak tepat seandainya ada anggapan bahwa FFI merupakan ‘proyek BPI’. Lantaran tugas BPI adalah penyelenggara, bukan Event Organizer. Maka menyebutnya ‘proyek’ adalah kekeliruan.” 

Mekanisme Penjurian dan Keterlibatan Akuntan Publik
Mengenai sistem penjurian, FFI 2014 mengadopsi sistem penjurian yang dilakukan oleh Academy Award (Oscar). Untuk menilai film-film yang sudah terdaftar, panitia FFI 2014 telah bersepakat dengan tim juri agar menonton bersama-sama di bioskop. Singkat cerita, sistem penjurian FFI tahun ini sangat berbeda dengan sistem tahun lalu, terutama pada sistem penjurian film layar lebar atau bioskop.
Sistem penjurian film bioskop kali ini terbagi dalam dua tahap. Tahap pertama, akan dibentuk 14 kelompok yang masing-masing beranggotakan lima orang juri. Mereka akan menilai sesuai bidang keahlian masing-masing. Misalnya, kelompok juri skenario, kelompok juri aktor, kelompok juri editing, dan seterusnya.
“Artinya, tidak semua juri langsung menilai seluruh kategori yang ada. Seperti biasa, tim juri terdiri dari anggota-anggota yang memiliki latar belakang. Kriteria pemilihan dewan juri juga didasarkan pada insan perfilman yang pernah mendapat piala citra, atau berprestasi yang luar biasa di dunia perfilman.” imbuh Reza.
Pada tahap pertama ini, juri diminta menuliskan nama sesuai dengan urutan prioritas pilihannya dari angka satu (tertinggi) hingga angka lima (terendah). Nama yang ditulis dalam urutan angka satu adalah mereka yang dianggap terbaik menurut masing-masing dewan juri. Demikian seterusnya secara berturut-turut. Hasil penilaian masing-masing dewan juri pada tahap ini akan direkapitulasi oleh lembaga akuntan publik Deloitte, untuk menghasilkan lima nomine dalam tiap kategori.
Pada tahap selanjutnya, seluruh juri tahap pertama ditambah juri nonfilm berhak menilai seluruh kategori yang dikompetisikan. Namun mereka hanya memilih nama yang sudah masuk nominasi hasil olahan juri tahap pertama. Pada tahap kedua ini, seluruh juri diminta untuk menuliskan satu nama dalam tiap kategori yang sudah dinominasikan.
Apabila dalam rekapitulasi terdapat dua nama yang memiliki jumlah sama besar dalam satu kategori, maka juri tahap pertama akan diminta melakukan penilaian ulang terhadap kedua nama yang mendapat nilai sama tersebut, untuk menentukan pemenang akhirnya.
Lalu, mengenai keterlibatan akuntan publik, Kemala mengungkapkan bahwa hal ini juga dilakukan oleh Oscar demi menjaga kredibilitas.
Tak lupa, Reza dan Kemala menekankan bahwa sistem ini sangat adil dan aplikatif untuk diterapkan di FFI. Mereka juga berharap FFI tahun ini dapat menyatukan seluruh insan perfilman yang kukuh dan solid, tanpa ‘kubu-kubuan’ lagi.

Malam Puncak
Malam puncak akan diselenggarakan di Palembang, Sumatera Selatan, awal Desember nanti. Panitia FFI 2014 memilih Kota Pempek ini sebagai tuan rumah malam puncak karena pemerintah setempat memberikan dukungan penuh. Adapun jajaran pemerintah, DPRD, beserta segenap tokoh masyarakat Sumatera Selatan berjanji akan mendukung penyelenggaraan FFI 2014 dengan mengadakan serangkaian acara menarik.
“Pemprov Palembang membantu seluruh rangkaian acara yang berlangsung di Palembang. Dari diskusi, pesta rakyat, sampai menonton bersama, merupakan dukungan konkret dari pemerintah setempat.” ujar Kemala.
Selain itu, rangkaian kegiatan lain yang meliputi diskusi, temu wicara, bakti sosial, kuis, dan jumpa aktor/aktris, diharapkan dapat menambah kemeriahan FFI 2014. “Apalagi Palembang sekarang ini sudah jauh berkembang. Sarana dan prasarananya cukup memadai.” ungkap Ketua Bidang Acara FFI 2014 Dewi Gontha. “Maka kami semakin mantap memilih Palembang sebagai tuan rumah penyelenggaraan Malam Puncak FFI tahun ini.”
FFI 2014 dilaksanakan oleh Direktorat Pengembangan Industri Perfilman, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), serta bekerjasama dengan BPI.
Sumber : http://filmindonesia.or.id/article/ffi-2014-bangga-film-indonesia#.VG9TO2eSySo
Pandji Putranda
Penulis paruh waktu, pianis Paroeh Waktoe.
Tagged under:

NoBar film "LINIMASSA2"


Logo Bioskop "Sukabumi SInema Mandiri"
Nonton Bareng film "LINIMASSA2" diseluruh tanah air Indonesia, salah satunya di Kota Sukabumi para penikmat film menyaksikan pemutaran film 
"LINIMASSA2" bertempatkan di BIOSKOP "Sukabumi Sinema Mandiri" Jln. Siliwangi No. 57 Kota Sukabumi pada hari Sabtu malam Minggu 3 November 2012 pkl 19.00-21.00
Crew Bioskop "Sukabumi Sinema Mandiri"
Team #nobarsmi film #linimassa2 @internetsehat sesi 2 sukabumi di Bioskop "Sukabumi Sinema Mandiri" Sabtu malam Minggu 3 November 2012.
Tagged under:

BEDAH FILM "SANG DEWI" BERSAMA DWI ILALANG

Pemutaran film "Sang Dewi"
Dunia Film di Sukabumi sebenarnya bukanlah hal yang baru, bahkan Sukabumi memiliki artis-artis papan atas yang mengharumkan nama Kota Sukabumi. Bahkan, Sukabumi menjadi trendsetter bagi gaya hidup di Indonesia hanya karena hal-hal yang menjadi kebiasaan Artis asal Sukabumi, Syahrini misalnya dengan “sesuatu banget” nya, atau Desy Ratnasari dengan “no comment” nya.
Sayangnya, Film sendiri kadang menjadi sebuah barang mahal di Sukabumi, khususnya film-film yang ditayangkan di Bioskop. Masyarakat Sukabumi yang pengen nonton film layar lebar box office misalnya harus rela berangkat ke Bandung atau Bogor demi menonton di TwentyOne. 
2011, Pasim Broadcasting School mencoba memfasilitasi kehausan masyarakat Sukabumi dengan konsep edukasi, yaitu Bedah Film atas Karya-karya Sutradara kawakan asal Jatim. Tak tangung-tangung, Sang Sutradara Dwi Ilalang dengan karyanya “Sang Dewi” dan “Maling Kuburan” di tonton dan dibedah bersama puluhan pelajar SLTP se Kab dan Kota Sukabumi.
Kaprodi Film & Tv Pasim Broadcasting School (Hari Setiawan, M.Pd.)
Bertempat di Graha Pasim Jl Brawijaya, bedah film cukup panas dengan banyak pertanyaan dari    siswa-siswi yang begitu penasaran tentang cerita di balik Film hasil besutan Sutradara yang anti Pornografi ini.  Dwi Ilalang juga bercerita bagaimana dia menjaga idealismenya dengan mencoba strategi desentralisasi Film dengan wilayah percontohan Jawa Timur yang juga tanah kelahirannya.
Pasim Broadcasting School juga berkesempatan memediasi diskusi terbatas staff Guru dan yayasan Pasim untuk berdiskusi tentang masa depan Film dan Animasi di Sukabumi. Kedepan berharap bakal ada event-event yang akan mengangkat Sukabumi dengan dunia perfilman nya bukan hanya menyumbangkan artis yang kemudian hidup di Ibukota karena tidak ada lapangan pekerjaan di Sukabumi.


sumber: http://sukabumitoday.com/smk-broadcast-pasim-membedah-film-sang-dewi-di-sukabumi/
              http://filmpelajar.com/blog/smk-pasim-plus-sukabumi-jawa-barat

Sabtu, 15 November 2014

Tagged under: , ,

Sketsa "Heureuyan Urang"


PASIM PRODUCTION & BOOM ENTERTAINMENT mempersembahkan sebuah program televisi (sketsa) dengan judul "HEUREUYAN URANG", program yang bertujuan menghibur dengan gaya budaya Sunda yang dipersembahkan untuk masyarakat Sukabumi khususnya, atas kerjasama dengan ATV Sukabumi.
Tagged under: , ,

BOHONG



BOHONG adalah awal dari kenistaan

"Kisah ini menceritakan seorang anak bernama Doni yang selalu menuruti perintah ibunya. 
Tapi kali ini sang ibu selalu mengajarkan sifat tercela kepada anaknya, yaitu Berbohong. 
Mulai dari membeli makanan, tukang kredit, telephone dan membayar SPP. 
Akibat kebiasaan kurang baik yang diajarkan ibu, tanpa disadari doni pun mengikuti 
perbuatan bohong itu dengan alasan kerja kelompok bersama temannya. 
Tanpa diketahui ayah juga selalu memperhatikan perbuatan ibu kepada Doni. 
Hingga akhirnya ibu sadar akan perbuatannya selama ini." apa yang akan terjadi dengan keluarga Doni?
Tagged under: , ,

Baling-Baling


Hidup ini memang ada episode-episodenya, kadang berakhir dengan baik dan sebaliknya berakhir dengan penyesalan, Ya itulah hidup, seperti film yang satu ini segera tayang di Bioskop "Sukabumi Sinema Mandiri" pada hari Sabtu malam minggu 10 Nov 2012 mulai pkl 17.00 di Graha PASIM Jln. Siliwangi No. 57 Kota Sukabbumi
Tagged under: , ,

USTADZAH

                    
                     Judul: "USTADZAH"
Produksi: Pasim Production & Empat Serangkay
Tahun Produksi: 2014
Crew:
Produser         : Fira Diamanta Putri
Sutradara        : Agus Permana
Divisi Teknik : Gilang Luigi

Artistik           : Dinar Nabila Murthy
Penghargaan   : Juara 2 Festival Film Televisi MQTV Bandung 2014
Sinopsis:
Ummi Maryam adalah ustadzah idola yang memiliki ribuan jamaah setia. Kemanapun ia ceramah, masjid selalu penuh, padahal ia tak pernah meminta bayaran.
Ummi dikaruniai dua orang anak Azka dan Ferdi.
Azka, seorang wanita karir sukses yang belum punya jodoh. Azka digosipkan dimedia sebagai perempuan perebut suami orang. Ferdi yang tiap hari menyopiri Ummi keberbagai tempat ceramah dengan penghasilan seadanya, sedangkan Eneng istri Ferdi, tengah  mengandung anak. penghasilan Ferdi yang pas-pasan membuat ia menambah penghasilannya dengan berjualan sepatu. Namun ferdi dimanfaatkan oleh teman bisnisnya sebagai kurir narkoba, sehingga Ferdi masuk kedalam sel jeruji. 
Tagged under: , ,

"KERTAS"


Judul: "KERTAS"
Produksi: Pasim Production
Tahun Produksi: 2012
Crew dan Pemain:
        Vidi sebagai Andi
        Elih Karmila sebagai Ibu Andi
        Drajat sebagai Ayah Andi
        Fitria sebagai Ibu-ibu arisan
        Fuji sebagai Ibu-ibu barisan
        Dinar Nabila Murthy sebagi saudara Ibu Andi
        Rezi sebagai Temen main Andi
        Api sebagai Temen main Andi
        Produser: Mareyinda Jihan Sein
        Ass. Produser: Dinar Nabila Murthy
        Sutradara: Agus Permana
        Ass. Sutradara: Vera Ardelia 
        Penulis Naskah: Nada Aulia | Ima Septiani |                                      Rima Restiana
        Penata Kamera: Siti Maulidina | Virly                                              Rahmawati | Aprilian Andara
        Penata Artistik: Mira Mayasari | Ruhil Amani
        Penata Rias: Khusnul Khalfiah Juanda

Penata Kostum: Elsa Sopianti
Penata Cahaya: Hendrika Hijriya | Gilang Luigi | Iman aliansyah
Penata Suara: Hendi Setiawan | M. Suwandi Al-arif | Reysan Senja Septian
Property: Ibrahim Munawar
Editor: Fira Diamanta Putri | Erik Agustian
Penghargaan: Juara 2 
Sinopsis:
Andi seorang anak kecil yang masih duduk dibangku sekolah dasar, teringat akan kata-kata ibunya, yaitu harus menjaga bumi dari bencana banjir dengan cara menghemat kertas, dari pernyataan ibunya tersebut, Andi mulai melakukan dari hal terkcil, yaitu menghemat kertas, tulisannya yang kecil, sampai mainan dari kertas yang dibuatnya pun sangat kecil.
Setiap kali Andi mau menjelaskan kepada orantuanya selalu saj mereka memotongnya sehingga membuat Andi sedih. Suatu hari ketika dirumahnya sedang ada arisan, temen ibu Andi melihat Andi sedang memungut sampahdidepan rumahnya, seketika itu pula Andi langsung dimarahi ibunya dan berhasil menjelaskan alasan mengapa memungut sampah didepan rumahnya itu.